Selasa, 25 September 2012

Beda itu asyik, tapi kalau beda yang ini....

Missing my mom so mad and it happens to me every day
Bahkan rasanya ada suami disamping pun kalah, jika bisa rasanya ingin sekali selalu dalam satu rumah dengan mama.

Percakapan di telepon siang ini cukup mampu membuat saya banjir, campur antara kangen, sedih, kesal.
Kangen bercampur senang, karena nama 'Bunda' yang tertera di layar ketika handphone saya berdering, sedih karena mama membawa cerita yang tidak begitu menyenangkan. Beliau bercerita (curhat) soal adik perempuan yang sedang kuliah di Bandung, tentang kenakalannya yang membuat saya bergidik tidak mampu membayangkan hal itu telah dibuatnya selama setahun belakangan ini. Soal bapak yang saya rasa terlalu berlebihan dalam hal materi ke adik perempuan saya satu-satunya itu. Hal ini membuat ingatan saya terbang jauh kebelakang, tentang saya, bapak dan alfalink.

Kami 3 bersaudara, sulung yang menjadikan saya mungkin sedikit tertekan dengan adik perempuan yang lebih segalanya dibanding saya (fisik dan otak), dan juga adik laki-laki yang jaraknya cukup jauh. Mungkin berawal dari sanalah saya selalu merasa sedikit tidak diperdulikan kepentingannya oleh bapak. Bahkan terkadang entah sadar atau tidak, bapak sering kali membandingkan soal fisik antara kami berdua. Maklum badan saya kecil seperti mama. Itu beda yang pertama. Saya ingat sekali, dari zaman saya smp, saya minta untuk dibelikan alfa link (kamus elektronik), saya cukup tau diri, saya tidak akan merengek diminta belikan barang jika orang tua sedang tidak punya. Ya saya yakin, ketika saya minta itu tandanya saya tahu kalau beliau mempunyai uang lebih, dan saya rasa saya tidak salah kalau saya minta barang yg harganya sekitar 200rbuan kala itu. But the fact, barang itu tidak pernah menjadi milik saya. Beda ketika adik perempuan saya dimintakan handphone, and you know, dibelikan loohh yang baru, bukan second apalagi handphone turunan dari bokap. Sedangkan saya harus puas dengan handphone turunan dari bapak.

Sekarang saya mengerti, kenapa saya akhirnya sering sekali tidak jajan untuk memenuhi apa yang saya inginkan, tanpa minta dan merengek-merengek lagi. Saya cukup bangga ketika diberi jatah uang bulanan oleh orang tua yang pas-pasan tapi cukup mampu untuk membeli ini itu, dan bisa menabung meski sedikit. Dan saya cukup bangga, akhirnya saya bisa membeli barang ini itu ketika saya bekerja. Dan ini tentu tidak terlepas dari doa mereka.

Saya tersadar kenapa mama sering sekali berujar "jangan biarkan rasa iri itu menjalari hati ya mba, karena kadar rezeki sudah diatur oleh Sang Maha Pengatur Rezeki, sekalipun dua orang saudara dan datangnya rezeki itu dari orang tua sendiri". Ternyata kalimat itu untuk menguatkan hati seorang sulung ini.

Mom, much love for u
Terima kasih sudah membentuk desy menjadi pribadi yang seperti ini
Meski rapuh raga, tapi tidak mudah rapuh jiwa

Desy
ditulis dalam cubical ruangan kantor
30 minutes left to go home

2 komentar:

  1. "Jangan biarkan rasa iri itu menjalari hati ya mba, karena kadar rezeki sudah diatur oleh Sang Maha Pengatur Rezeki, sekalipun dua orang saudara dan datangnya rezeki itu dari orang tua sendiri.."

    ga comment apa2...cuma cukup speechless sama quote di atas..

    BalasHapus
  2. Mom said wisely,
    baru sadar aja ternyata selama ini beliau ngomong itu, biar aku gak down.
    missing her so mad :(

    BalasHapus